Cerita Misteri Kematian Akseyna

Cerita Misteri Kematian Akseyna

Cerita Misteri Kematian Akseyna

Cerita misteri kematian Akseyna Ahad Dori mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) jurusan Biologi angkatan 2013 masih menyimpan banyak misteri. Hingga kini, belum jelas ihwal kematiannya. Keluarga Akseyna pun menemukan beberapa kejanggalan. Namun tetap kasus ini kasus beku, kasus tak terungkap.

Tahun 2022 lalu, pihak keluarga Akseyna membuat petisi untuk mengungkap dan menuntut agar kasus pembunuhan tersebut dapat mendapat titik terang. Mereka juga berharap pihak kepolisian bisa menangkap pembunuh mahasiswa UI itu.

Kasus Akseyna bermula pada Kamis, 26 Maret 2015. Saat itu, sesosok jenazah ditemukan mengambang di Danau Kenanga UI. Empat hari kemudian, yakni Senin, 30 Maret 2015, baru diketahui bahwa jenazah itu adalah Akseyna.

“Baru diketahui bahwa jenazah tersebut adalah anak/saudara kami. Akseyna Ahad Dori atau Ace (18) mahasiswa semester 3 Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Indonesia,” tulis keluarga dalam petisi Change.org, Selasa (4/5/2021).

Saat ditemukan, Ace mengenakan baju hitam lengan panjang dan tas coklat. Adapun di dalam tasnya terdapat lima batu konblok.

Cerita Misteri Kematian Akseyna
Danau Kenanga UI tempat ditemukannya mayat Akseyna

Polisi awalnya menduga Ace, sapaan Akseyna Ahad Dori, meninggal akibat bunuh diri. Kesimpulan itu didapat setelah pemeriksaan 15 saksi diperkuat dengan sepucuk surat.

Will not return for eternity, please don’t search for existence, my apologies for everything,” begitu isi surat yang ditemukan di kamar indekos Akseyna. Surat itu diserahkan oleh orangtua Akseyna, Mardoto ke Polisi.

Mardoto mengaku mendapatkan surat itu dari Jibril, teman Akseyna pada Senin 30 Maret 2015 sekitar pukul 16.00 Wib di Gedung Jurusan Biologi Fakultas MIPA UI. Penyerahan surat itu disaksikan oleh dua pengajar jurusan Biologi.

Mardoto meyakini surat itu bukanlah tulisan anaknya. Ia mengaku telah mencermati tulisan di surat itu. Keluarga menilai ada beberapa kejanggalan di surat tersebut.

Pertama, pada kata “for”. Ada tiga kata “for” di surat tersebut dan ketiganya memiliki bentuk berbeda.

Kedua, tulisan existence dan beberapa kata lain memiliki bentuk serta kemiringan huruf sangat mencolok perbedaannya dengan huruf-huruf pada kata-kata yang lain juga.

Ketiga, jarak spasi antar satu kata dengan kata lainnya berbeda-beda dan tidak beraturan.

Keempat, tanda tangan di surat tersebut sangat tidak mirip dengan tanda tangan Ace di KTP yang reguler maupun yang e-KTP.

Kelima, tata bahasa surat dalam bahasa Inggris itu tidak beraturan. Keluarga mengenal Ace memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik karena sudah terbiasa membaca jurnal ilmiah berbahasa Inggris, novel-novel bahasa Inggris dan menonton film-film berbahasa Inggris tanpa subtitle. Bahkan sewaktu di SMP saja sudah memperoleh TOEFL 433.

Mardoto juga mengungkit kondisi kamar Akseyna selama empat hari sejak jenazah ditemukan di Danau Kenanga Universitas Indonesia pada Kamis, tanggal 26 Maret 2015 yang tak lagi steril.

Kamar kos Akseyna Ahad Dori

Beberapa teman korban mendatangi kamar Akseyna beberapa kali. Bahkan, ada teman Ace yang masuk ke dalam kamar Ace dan menginap di kamar tersebut pada Minggu malam, tanggal 29 Maret 2015.Padahal, tidak ada satupun pihak keluarga yang pernah meminta atau menyuruh siapapun untuk masuk bahkan menginap di kamar Akseyna.Hal itu diketahui setelah ibunda Ace berhasil menghubungi handphone Ace pada Minggu malam, 29 Maret 2015. Saat itu Ibu Akseyna sempat bicara dengan seseorang yang mengaku sebagai teman Ace.

“Yang bersangkutan menyebutkan bahwa ia berada di dalam kamar Ace. Keberadaan yang bersangkutan di kamar Akseyna dilakukannya bukan karena permintaan dari orang tua,” ujar dia.Menurut Mardoto, dengan banyaknya orang yang telah masuk ke kamar Akseyna, tidak ada seorang pun yang dapat menjamin bahwa di antara orang-orang tersebut tidak melakukan sesuatu.Apalagi saat polisi tiba, kamar sudah dalam kondisi berantakan. Handphone dan laptop milik Akseyna sudah diakses dan diotak-atik oleh pelaku, koper berisi barang-barang dan baju juga telah terbuka, buku-buku dan perlengkapan lain di meja belajar sudah berserakan.

“Kondisi ini memungkinkan banyak hal terjadi di dalam kamar Akseyna, termasuk kemungkinan berubahnya bentuk, letak, dan kondisi barang-barang yang seharusnya bisa menjadi barang bukti, termasuk pemunculan surat itu, “terang dia.Berdasarkan penyelidikan dan gelar perkara, polisi menegaskan bahwa Akseyna dibunuh, terlihat dari beberapa bukti yang cukup jelas, bahwa tubuh Akseyna dipenuhi luka di kepala dan badan.

Saat ditemukan, jenazah Akseyna menggendong ransel berisi batu bata seberat 14 kg. Sementara surat wasiat palsu telah dibuktikan palsu oleh grafolog. Bahkan grafolog menyebutkan bahwa surat tersebut ditulis oleh dua orang yang berbeda.

Berdasarkan keterangan polisi, hasil otopsi menunjukkan adanya air dan pasir di paru-paru Akseyna, menunjukkan bahwa Akseyna dimasukkan ke danau dalam kondisi hidup/bernafas namun tidak sadarkan diri.

Adanya robekan pada sepatu bagian tumit yang menunjukkan bahwa Akseyna diseret sebelum dimasukkan ke danau.

Petisi yang telah ditandatangani 18.000 akun pada Selasa (4/5/2021) pagi meminta lanjutkan penyelidikan dan segera ungkap pembunuh Akseyna mahasiswa Universitas Indonesia.

Petisi itu ditujukan kepada Kapolsek Beji, Kapolres Depok, Kapolda Metro Jaya, Kapolda Jawa Barat, Dekan FMIPA UI, dan Rektor UI. Semoga akan ada titik terang untk kasus ini.

Jeremy Jhordy
http://kasusbeku.com

Leave a Reply